Friday, November 9, 2007

Tiga Bulan Naik 24%

Oleh: Andi Suruji

TAK terasa, indeks harga saham KOMPAS100 telah berusia tiga bulan, sejak diluncurkan 10 Agustus 2007. Di hari pertamanya, indeks baru ini memang mengalami tekanan berat, sebagaimana indeks-indeks lainnya. Maklum, waktu itu pasar saham global meradang, diterpa badai krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Satu per satu institusi keuangan pengelola dana-dana investasi global mulai melaporkan kesulitan keuangan, tentu saja bakal bermuara pada kerugiannya.

Dalam perjalanannya, KOMPAS100 pun jatuh bangun, naik dan turun secara signifikan. Tidak sendirian, sebab indeks lain juga mengalami tekanan yang hebat.

Alhasil, sampai usia tiga bulan, per hari Jumat 9 November, KOMPAS100 mencatat kenaikan sebesar 24 persen, ditutup pada posisi 700,17. Kinerja ini memang masih lembih rendah dibandingkan performa indeks LQ45 misalnya, yang mencatat kenaikan 29 persen dibandingkan tiga bulan lalu. Akan tetapi, dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang hanya naik 20 persen, tentu kinerja KOMPAS100 boleh diandalkan sebagai acuan investasi.

Selama tiga bulan itu, indeks KOMPAS100 yang mencakup 100 saham blue chips ini, pernah terpuruk sampai ke posisi terendahnya 478,52 yang tercipta pada tanggal 16 Agustus 2007. Akan tetapi, ia juga menunjukkan kinerja terbaiknya pada posisi 700,69 pada tanggal 2 November lalu.*

Thursday, November 8, 2007

Indeks Kompas100 Boleh Juga...!

Oleh: Andi Suruji

KINERJA harga 100 saham emiten yang termuat dalam Indeks Kompas100 tidaklah mengecewakan. Sejak diluncurkan 10 Agustus lalu, indeks baru di Bursa Efek Jakarta ini pantas dijadikan acuan investasi. Dalam dua bulan, kinerjanya bahkan melampaui Indeks Harga Saham Gabungan yang selama ini menjadi acuan utama.

Sebelum liburan panjang masa Lebaran, indeks Kompas100 ditutup pada posisi 677,96. Itu berarti indeks harga 100 saham yang dimuatnya telah meningkat 20,32 persen dari posisi saat diluncurkan, yang sekaligus menandai 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia.

Apa artinya? Seandainya Anda seorang investor saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), memiliki 100 saham dalam Kompas100, dan tak pernah menjualnya sejak 10 Agustus lalu, itu berarti potensi keuntungan dari nilai investasi Anda saat ini sudah meningkat 20,32 persen.

Itu merupakan angka pengembalian investasi yang tentu saja tidak mengecewakan dalam dua bulan. Bahkan, kinerja itu lebih baik dibandingkan dengan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang kenaikannya hanya 17,7 persen dalam periode yang sama. Memang kinerja indeks Kompas100 masih lebih rendah dibandingkan dengan kinerja indeks LQ45 yang terdiri atas 45 saham terlikuid yang diperdagangkan di BEJ.

Akan tetapi, jika dilihat dari sisi lain, akan diperoleh catatan yang menarik. Selama periode dua bulan itu, Indeks LQ45 sempat terpuruk sampai sebesar 17 persen. Indeks Kompas100 bagaimana? Ia hanya terpuruk 15 persen persen pada saat mencapai level terendahnya di posisi 478,52 poin pada tanggal 16 Agustus.

Tidak berlebihan jika indeks Kompas100 dinilai lebih tangguh menghadapi tekanan ketimbang LQ45 walaupun LQ45 menjanjikan potensi keuntungan yang lebih tinggi. "Itu karena LQ45 hanya memuat 45 saham terlikuid. Indeks Kompas100, walaupun hanya memuat 100 saham, tetapi sudah menggambarkan keseluruhan sektor dan saham-sahamnya paling sering diperdagangkan di bursa. Tidak ada lagi saham tidur di dalamnya, seperti halnya banyak saham yang diam saja berhari-hari dalam IHSG," kata pengamat pasar modal, Adler Haymans Manurung.

Kini bahkan sudah ada manajer investasi yang sedang menyiapkan sebuah produk inovatif semacam reksa dana (fund) yang mengacu pada Kompas100. Produk itu bisa mengacu pada indeks Kompas100 saja, bisa juga portofolio investasinya hanya pada saham-saham yang termasuk dalam Kompas100.

Memang itulah tujuannya. "Indeks Kompas100 diharapkan bisa menambah variasi acuan investasi bagi pemodal. Bisa juga menjadi pendorong manajer investasi untuk membuat produk inovatif," kata Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah.

Indeks lain

Catatan bisa diperpanjang jika membandingkan indeks Kompas100 dengan beberapa indeks harga saham di bursa lainnya. Hang Seng Hongkong, misalnya, memang melonjak sampai 29,8 persen, indeks Strait Times Singapura naik 13,55 persen.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan indeks utama lainnya, Kompas100 bolehlah...! Tengoklah indeks Financial Times di London yang cuma naik 7,3 persen dalam dua bulan ini. Dow Jones Industrial Average di bursa efek New York yang merupakan acuan investor seluruh dunia hanya naik 5,4 persen, indeks Jepang Nikkei-225 malah cuma 1,67 persen. Pasar saham di sana memang tertekan.

Bagaimana prospeknya? Secara umum, analis memperkirakan harga saham di BEJ masih memiliki ruang yang cukup lebar untuk naik. Alasan pendukungnya, kondisi makro perekonomian cenderung membaik. Pertumbuhan ekonomi cukup mendorong harga saham naik tanjakan yang belum mencapai puncaknya. Sejumlah emiten masih memiliki prospek pertumbuhan usaha yang menjanjikan. Adanya pertumbuhan usaha berarti adanya potensi kenaikan keuntungan yang bisa dibagi sebagai dividen kepada para pemegang saham.

Itulah karakteristik investasi saham. Investor membeli "prospek kinerja yang baik" dan menjual "prospek kinerja yang jelek". Mereka memburu saham yangberprospek baik sehingga indeks bergerak naik. Sebaliknya, mereka melepas saham yang berprospek buruk sehingga indeks tertekan.

Alasan lainnya, prospek suku bunga masih cenderung menurun. Saat ini memang masih ditahan oleh bank sentral, Bank Indonesia. Akan tetapi, manakala Bank Sentral Amerika Serikat menurunkan lagi suku bunganya untuk menolong pasar saham di negeri "Paman Sam" itu dari tekanan berat krisis finansial akibat kehancuran pasar surat utang berbasis kredit perumahan subprime mortgage, suku bunga di Indonesia pun bisa diturunkan lagi. Langkah itu untuk mempersempit suku bunga di AS dan Indonesia agar biaya moneter bank sentral dikurangi.

Faktor suku bunga

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun melempar sinyal bahwa inflasi yang dicanangkan pemerintah masih bisa berada dalam rentang targetnya, yakni enam persen plus-minus satu persen. Jika demikian, suku bunga benar-benar bisa turun lagi.

Apa kaitannya? Jika inflasi terjaga, nilai aset masyarakat tidak akan tergerogoti kenaikan harga. Imbal hasil investasinya pun masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Kalau suku bunga turun, berarti potensi imbal hasil investasi atau penempatan dana pada perbankan menurun. Dalam kondisi seperti itu, investor atau pemilik dana biasanya mengalihkan dananya sebagian ke pasar modal, mencari efek-efek yang berpotensi memberi imbal hasil lebih tinggi dari penempatan dana di perbankan.

Mengalirnya dana itu masuk bursa memburu saham unggulan, seperti yang tercakup dalam Kompas100, berarti potensi kenaikan harganya pun terbuka lebar. Itu perhitungan pasar saja. Jika permintaan meningkat, sementara pasokan barang bagus yang tersedia masih terbatas, jelas harga berpotensi naik.

Namun, sebagaimana karakteristik investasi saham, risiko fluktuasi harga, risiko penurunan kinerja emiten, juga ada. Investasi saham memang bukan semata-mata dipengaruhi faktor fundamental dan teknikal. Naik dan turunnya harga juga dipengaruhi sentimen pasar.

Jika investor hendak merealisasikan potensi keuntungan ivestasinya, saham yang hendak dijual menjadi lebih banyak. Jika barang yang hendak dijual lebih besar ketimbang permintaan beli, biasanya harga tertekan.

Ada potensi keuntungan, ada juga risiko.

KOMPAS - Rabu, 17 Oct 2007 Halaman: 15

KOMPAS "Masuk" Bursa Efek Jakarta

Oleh: Andi Suruji

Jakarta, Kompas
Menandai peringatan 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia, Jumat (10/8), Bursa Efek Jakarta bekerja sama dengan harian Kompas meluncurkan indeks harga saham yang dinamakan indeks Kompas100.

Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama menekan bel tanda dimulainya perdagangan saham pada hari Jumat itu, sekaligus menandai diluncurkannya indeks baru tersebut. Hal ini merupakan peristiwa langka karena pembukaan perdagangan saham biasanya dilakukan pejabat negara, seperti Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri Keuangan. Baru kali ini pula dalam membuatindeks harga saham, Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan media massa. Hal serupa sudah lama dilakukan di negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura.

Sebagaimana indeks lainnya, seperti indeks harga saham gabungan (IHSG) dan LQ45, indeks Kompas100 yang memuat 100 saham unggulan di BEJ juga merupakan acuan dalam melihat arah pergerakan pasar dan acuan investor dalam mengatur portofolio investasi sahamnya. Sebelum menekan bel perdagangan, Jakob Oetama menyatakan, peristiwa tersebut penting artinya bagi Kompas karena ini merupakan kehormatan bagi Kompas yang dipercaya untuk digunakan namanya sebagai acuan, indeks di bursa saham.

"Setiap kehormatan adalah tanggung jawab. Kompas ikut menjadi bagian dari pasar modal adalah suatu kepercayaan. Dan, kepercayaan itu harus diuraikan dalam pekerjaan profesional (jurnalistik), yakni akurasi. Semoga Kompas tidak mengecewakan Saudara sekalian," ujar Jakob disambut tepuk tangan pialang di lantai bursa.

Lembaga swasta, seperti halnya BEJ dan Kompas, menurut Jakob, merupakan salah satu pilar kemajuan ekonomi bangsa. Bursa efek, salah satu unsur dalam pilar tadi, berperan mendorong perusahaan negara ataupun swasta untuk berperan dalam kemajuan perekonomian.

Tujuan akhir kemajuan ekonomi Indonesia, menurut dia, harus meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran semua warga, terutama yang ketinggalan.

Pilar negara

Dalam sistem ekonomi pasar sosial, sebagaimana yang berlaku di negara ini, menurut Jakob, pilar lain yang tak kalah penting perannya adalah negara. Dalam sistem ekonomi itu, negara tetap punya kewenangan campur tangan, terutama untuk melindungi yang lemah.

Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, Jakob Oetama senantiasa menyebut satu pilar lainnya dalam tiga pilar ekonomi pasar sosial, yakni masyarakat madani (civil society). Ketiga pilar itu harus memainkan perannya dalam satu panggung secara bersama-sama.

Acuan

Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah mengatakan, peluncuran indeks Kompas100 merupakan wujud komitmen bersama dua lembaga dalam pengembangan pasar modal Indonesia. Indeks baru ini, katanya, diharapkan bermanfaat bagi pemodal dalam mengelola portofolio investasinya. Juga bagi pengelola dana (fund manager) yang akan menggunakannya dalam menciptakan kreativitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham.

Proses pemilihan 100 saham yang termuat dalam indeks Kompas100 mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi, kapitalisasi pasar, serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.

Indeks ini akan melengkapi informasi mengenai perkembangan pasar saham pada umumnya danperkembangan harga masing-masing saham khususnya.

"Diharapkan pula dapat memberi pedoman bagi pemodal dalam melakukan pilihan investasi di pasar modal, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas transaksi di BEJ," katanya.

Pada hari pertama kehadirannya, indeks Kompas100 mencatat penurunan 1,6 persen dari posisi 563,464 menjadi 554,217 poin. Seluruh indeks saham di BEJ juga turun, seperti halnya IHSG yang turun 1,55 persen dan LQ45 turun 1,51 persen.

Indeks-indeks saham di bursa negara di kawasan Asia juga melorot lebih tajam, mulai dari 2 persen sampai 4 persen.

Kejatuhan indeks saham itu dipicu anjloknya indeks bursa saham London dan New York sebelumnya, akibat kekhawatiran investor soal kredit macet perumahan di AS, setelah bank terkemuka Perancis, BNP Paribas, menghentikan sementara tiga unit dana (fund) miliknya yang terkena dampak kredit macet di AS sehingga kesulitan menghitung nilai aktiva.

KOMPAS - Minggu, 12 Aug 2007 Halaman: 1

KOMPAS100, Ikon Baru BEJ


Oleh: Andi Suruji

Melengkapi berbagai acuan investasi yang telah ada bagi investor dan pelaku pasar modal, Bursa Efek Jakarta akan meluncurkan satu lagi indeks harga saham, yang disebut Kompas-100. Peluncurannya dilakukan Jumat (10/8) ini, bertepatan dengan peringatan 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia.

Peluncuran indeks Kompas-100 ini tentu merupakan catatan penting bagi Kompas, juga pasar modal dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Inilah pertama kalinya BEJ dalam membuat indeks, bermitra dengan media. Indeks ini bahkan diharapkan menjadi ikon baru pasar modal Indonesia.

Indeks Kompas-100 akan memuat 100 saham yang dipilih melalui beberapa kriteria. Saham-saham yang terpilih, selain memiliki likuiditas yang tinggi, serta nilai kapitalisasi pasar yang besar, juga merupakan saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja yang baik.

Saham-saham yang termasuk dalam Kompas-100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80 persen dari total Rp 1.582 triliun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEJ. Dengan demikian, tentu dengan mencermati 100 saham saja, investor sudah bisa melihat kecenderungan arah pergerakan indeks. Akan tetapi, ini bisa saja berlawanan arah dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun indeks lainnya.

"Kalau dilihat di belahan dunia lain, banyak media bermitra dengan bursa membikin indeks. Lalu kita mengapa tidak?" ujar Direktur Utama PT Bursa Efek Jakarta Erry Firmansyah. Adapun pilihan BEJ jatuh kepada Kompas, ia mengatakan,pertimbangannya karena surat kabar ini dinilai memiliki reputasi yang bagus dan dibaca masyarakat secara luas.

"Harapan kami, dengan adanya indeks yang menggandeng Kompas, informasi pasar modal bisa menyebar lebih meluas lagi. Menggairahkan masyarakat untuk mengambil manfaat dari keberadaan BEJ, baik untuk investasi maupun mencari pendanaan bagi perusahaan dalam mengembangkan perekonomian nasional," kata Erry Firmansyah.

Adapun manfaat dari keberadaan indeks ini, yakni adanya acuan (benchmark) baru bagi investor untuk melihat ke arah mana pasar bergerak dan kinerja portofolio investasinya. Pelaku industri pasar modal juga akan memiliki acuan baru dalam menciptakan produk-produk inovasi yang berbasis indeks, misal mengacu pada indeks Kompas-100.

Menambah pilihan

Direktur Schroder Indonesia, Michael Tjoajadi menilai, diluncurkannya indeks Kompas-100 jelas akan menambah pilihan bagi manajer investasi untuk meluncurkan produk-produk baru. Ke depan, juga bisa menambah pilihan bagi pengelola pasar untuk mengembangkan pasar berjangka (futures market). Manajer investasi pun bisa menerbitkan reksa dana saham yang portofolionya hanya saham-saham yang terdaftar dalam indeks Kompas-100.

BEJ memang telah memiliki banyak indeks. Selain IHSG yang memuat seluruh saham yang tercatat di BEJ, juga ada indeks sektoral. Indeks LQ-45 atau Jakarta Islamic Index yang memuat saham-saham perusahaan yang dalam operasionalnya dapat dikategorikan menerapkan prinsip-prinsip syariah.

Meskipun telah banyak jumlahnya, indeks tersebut dinilai belum juga dapat mengakomodasikan semua kepentingan dan kebutuhan pemodal maupun pelaku pasar lainnya. Indeks LQ-45 misalnya, dinilai sempit cakupannya karena hanya memuat 45 saham, walaupun ke-45 saham tersebut tergolong paling likuid atau paling sering diperdagangkan. Ada pula yang terlalu luas cakupannya, misal IHSG karenaseluruh 300-an saham, yang "tidur" tak diperdagangkan berbulan-bulan sekali pun, tetap dimasukkan dalam perhitungan indeks.

Indeks-indeks harga saham bursa terkemuka umumnya dibentuk dengan menggandeng nama surat kabar besar di negaranya. Di Wall Street, sebutan untuk bursa saham New York, Amerika Serikat, karena beralamat di jalan yang bernama Wall Street, salah satu indeksnya yang sangat terkenal adalah Dow Jones, penerbit surat kabar Wall Street Journal. Indeksnya kemudian dinamakan Dow Jones Industrial Average (DJIA), yang memuat 30 saham unggulan atau blue chip. The DJIA yang diperkenalkan tahun 1896 oleh Charles H Dow kini seolah jadi ikon pasar modal seluruh dunia.

Begitu juga bursa saham London, Inggris, memiliki Financial Times Index, yang mengambil nama surat kabar ekonomi terkemuka Financial Times. Jepang pun demikian dengan indeks Nikkei yang dikelola surat kabar ekonomi bertiras paling besar di Jepang. Bursa saham Singapura juga menggunakan nama surat kabar Strait Times sebagai nama indeks harga saham.

Memang banyak manajemen bursa saham yang mengelola sendiri indeksnya. Namun, ada juga indeks yang dikelola oleh surat kabar yang menerbitkannya. Indeks Nikkei-225 misalnya, yang memuat 225 saham terbaik di Tokyo Stock Exchange, dikelola sendiri oleh koran Nihon Keizai Shimbun (Nikkei).

"Keabadian"

Di balik penggunaan namanya sebagai ikon pasar modal Indonesia, tentu terdapat pula tanggung jawab berat bagi Kompas. Sebagaimana eksistensinya dalam perekonomian suatu negara, bursa saham dengan segala macam indeksnya merupakan suatu tekad "keabadian" atau setidaknya keberlanjutan hidup untuk suatu jangka waktu yang sangat lama.

Spirit ini diharapkan memacu upaya perbaikan terus-menerus bagi pemilik dan seluruh jajaran pekerja Kompas, juga pengelola bursa saham untuk menggapai "keabadian" tersebut. Kompas, selain nama surat kabar ini, juga berarti petunjuk arah. Sementara, angka 100 biasanya jadi acuan nilai untuk suatu pekerjaan yang sempurna, cerminan tingkat akurasi yang prima. Sebagai indeks harga saham, Kompas-100 tentu diharapkan menjadi petunjuk bagi investor dalam mencapai hasil investasi yang optimal.

KOMPAS - Jumat, 10 Aug 2007 Halaman: 21