Thursday, November 8, 2007

KOMPAS "Masuk" Bursa Efek Jakarta

Oleh: Andi Suruji

Jakarta, Kompas
Menandai peringatan 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia, Jumat (10/8), Bursa Efek Jakarta bekerja sama dengan harian Kompas meluncurkan indeks harga saham yang dinamakan indeks Kompas100.

Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama menekan bel tanda dimulainya perdagangan saham pada hari Jumat itu, sekaligus menandai diluncurkannya indeks baru tersebut. Hal ini merupakan peristiwa langka karena pembukaan perdagangan saham biasanya dilakukan pejabat negara, seperti Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri Keuangan. Baru kali ini pula dalam membuatindeks harga saham, Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan media massa. Hal serupa sudah lama dilakukan di negara maju, seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura.

Sebagaimana indeks lainnya, seperti indeks harga saham gabungan (IHSG) dan LQ45, indeks Kompas100 yang memuat 100 saham unggulan di BEJ juga merupakan acuan dalam melihat arah pergerakan pasar dan acuan investor dalam mengatur portofolio investasi sahamnya. Sebelum menekan bel perdagangan, Jakob Oetama menyatakan, peristiwa tersebut penting artinya bagi Kompas karena ini merupakan kehormatan bagi Kompas yang dipercaya untuk digunakan namanya sebagai acuan, indeks di bursa saham.

"Setiap kehormatan adalah tanggung jawab. Kompas ikut menjadi bagian dari pasar modal adalah suatu kepercayaan. Dan, kepercayaan itu harus diuraikan dalam pekerjaan profesional (jurnalistik), yakni akurasi. Semoga Kompas tidak mengecewakan Saudara sekalian," ujar Jakob disambut tepuk tangan pialang di lantai bursa.

Lembaga swasta, seperti halnya BEJ dan Kompas, menurut Jakob, merupakan salah satu pilar kemajuan ekonomi bangsa. Bursa efek, salah satu unsur dalam pilar tadi, berperan mendorong perusahaan negara ataupun swasta untuk berperan dalam kemajuan perekonomian.

Tujuan akhir kemajuan ekonomi Indonesia, menurut dia, harus meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran semua warga, terutama yang ketinggalan.

Pilar negara

Dalam sistem ekonomi pasar sosial, sebagaimana yang berlaku di negara ini, menurut Jakob, pilar lain yang tak kalah penting perannya adalah negara. Dalam sistem ekonomi itu, negara tetap punya kewenangan campur tangan, terutama untuk melindungi yang lemah.

Dalam berbagai kesempatan sebelumnya, Jakob Oetama senantiasa menyebut satu pilar lainnya dalam tiga pilar ekonomi pasar sosial, yakni masyarakat madani (civil society). Ketiga pilar itu harus memainkan perannya dalam satu panggung secara bersama-sama.

Acuan

Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah mengatakan, peluncuran indeks Kompas100 merupakan wujud komitmen bersama dua lembaga dalam pengembangan pasar modal Indonesia. Indeks baru ini, katanya, diharapkan bermanfaat bagi pemodal dalam mengelola portofolio investasinya. Juga bagi pengelola dana (fund manager) yang akan menggunakannya dalam menciptakan kreativitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham.

Proses pemilihan 100 saham yang termuat dalam indeks Kompas100 mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi, kapitalisasi pasar, serta kinerja fundamental dari saham-saham tersebut.

Indeks ini akan melengkapi informasi mengenai perkembangan pasar saham pada umumnya danperkembangan harga masing-masing saham khususnya.

"Diharapkan pula dapat memberi pedoman bagi pemodal dalam melakukan pilihan investasi di pasar modal, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas transaksi di BEJ," katanya.

Pada hari pertama kehadirannya, indeks Kompas100 mencatat penurunan 1,6 persen dari posisi 563,464 menjadi 554,217 poin. Seluruh indeks saham di BEJ juga turun, seperti halnya IHSG yang turun 1,55 persen dan LQ45 turun 1,51 persen.

Indeks-indeks saham di bursa negara di kawasan Asia juga melorot lebih tajam, mulai dari 2 persen sampai 4 persen.

Kejatuhan indeks saham itu dipicu anjloknya indeks bursa saham London dan New York sebelumnya, akibat kekhawatiran investor soal kredit macet perumahan di AS, setelah bank terkemuka Perancis, BNP Paribas, menghentikan sementara tiga unit dana (fund) miliknya yang terkena dampak kredit macet di AS sehingga kesulitan menghitung nilai aktiva.

KOMPAS - Minggu, 12 Aug 2007 Halaman: 1

2 comments:

Anonymous said...

Topik yang menarik.........!!!!!
Dulu punya sih artikel tentang Kompas 100 tapi hilang, dan dengan adanya blogs ini, artikel yang hilang tersebut telah tergantikan....

terima kasih..

ANDI SURUJI said...

Ya, kalau butuh artikel KOMPAS bisa juga minta ke Pusat Informasi Kompas di Palmerah Selatan

Gitu
Thanks