Thursday, November 8, 2007

Indeks Kompas100 Boleh Juga...!

Oleh: Andi Suruji

KINERJA harga 100 saham emiten yang termuat dalam Indeks Kompas100 tidaklah mengecewakan. Sejak diluncurkan 10 Agustus lalu, indeks baru di Bursa Efek Jakarta ini pantas dijadikan acuan investasi. Dalam dua bulan, kinerjanya bahkan melampaui Indeks Harga Saham Gabungan yang selama ini menjadi acuan utama.

Sebelum liburan panjang masa Lebaran, indeks Kompas100 ditutup pada posisi 677,96. Itu berarti indeks harga 100 saham yang dimuatnya telah meningkat 20,32 persen dari posisi saat diluncurkan, yang sekaligus menandai 30 tahun diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia.

Apa artinya? Seandainya Anda seorang investor saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ), memiliki 100 saham dalam Kompas100, dan tak pernah menjualnya sejak 10 Agustus lalu, itu berarti potensi keuntungan dari nilai investasi Anda saat ini sudah meningkat 20,32 persen.

Itu merupakan angka pengembalian investasi yang tentu saja tidak mengecewakan dalam dua bulan. Bahkan, kinerja itu lebih baik dibandingkan dengan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ yang kenaikannya hanya 17,7 persen dalam periode yang sama. Memang kinerja indeks Kompas100 masih lebih rendah dibandingkan dengan kinerja indeks LQ45 yang terdiri atas 45 saham terlikuid yang diperdagangkan di BEJ.

Akan tetapi, jika dilihat dari sisi lain, akan diperoleh catatan yang menarik. Selama periode dua bulan itu, Indeks LQ45 sempat terpuruk sampai sebesar 17 persen. Indeks Kompas100 bagaimana? Ia hanya terpuruk 15 persen persen pada saat mencapai level terendahnya di posisi 478,52 poin pada tanggal 16 Agustus.

Tidak berlebihan jika indeks Kompas100 dinilai lebih tangguh menghadapi tekanan ketimbang LQ45 walaupun LQ45 menjanjikan potensi keuntungan yang lebih tinggi. "Itu karena LQ45 hanya memuat 45 saham terlikuid. Indeks Kompas100, walaupun hanya memuat 100 saham, tetapi sudah menggambarkan keseluruhan sektor dan saham-sahamnya paling sering diperdagangkan di bursa. Tidak ada lagi saham tidur di dalamnya, seperti halnya banyak saham yang diam saja berhari-hari dalam IHSG," kata pengamat pasar modal, Adler Haymans Manurung.

Kini bahkan sudah ada manajer investasi yang sedang menyiapkan sebuah produk inovatif semacam reksa dana (fund) yang mengacu pada Kompas100. Produk itu bisa mengacu pada indeks Kompas100 saja, bisa juga portofolio investasinya hanya pada saham-saham yang termasuk dalam Kompas100.

Memang itulah tujuannya. "Indeks Kompas100 diharapkan bisa menambah variasi acuan investasi bagi pemodal. Bisa juga menjadi pendorong manajer investasi untuk membuat produk inovatif," kata Direktur Utama BEJ Erry Firmansyah.

Indeks lain

Catatan bisa diperpanjang jika membandingkan indeks Kompas100 dengan beberapa indeks harga saham di bursa lainnya. Hang Seng Hongkong, misalnya, memang melonjak sampai 29,8 persen, indeks Strait Times Singapura naik 13,55 persen.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan indeks utama lainnya, Kompas100 bolehlah...! Tengoklah indeks Financial Times di London yang cuma naik 7,3 persen dalam dua bulan ini. Dow Jones Industrial Average di bursa efek New York yang merupakan acuan investor seluruh dunia hanya naik 5,4 persen, indeks Jepang Nikkei-225 malah cuma 1,67 persen. Pasar saham di sana memang tertekan.

Bagaimana prospeknya? Secara umum, analis memperkirakan harga saham di BEJ masih memiliki ruang yang cukup lebar untuk naik. Alasan pendukungnya, kondisi makro perekonomian cenderung membaik. Pertumbuhan ekonomi cukup mendorong harga saham naik tanjakan yang belum mencapai puncaknya. Sejumlah emiten masih memiliki prospek pertumbuhan usaha yang menjanjikan. Adanya pertumbuhan usaha berarti adanya potensi kenaikan keuntungan yang bisa dibagi sebagai dividen kepada para pemegang saham.

Itulah karakteristik investasi saham. Investor membeli "prospek kinerja yang baik" dan menjual "prospek kinerja yang jelek". Mereka memburu saham yangberprospek baik sehingga indeks bergerak naik. Sebaliknya, mereka melepas saham yang berprospek buruk sehingga indeks tertekan.

Alasan lainnya, prospek suku bunga masih cenderung menurun. Saat ini memang masih ditahan oleh bank sentral, Bank Indonesia. Akan tetapi, manakala Bank Sentral Amerika Serikat menurunkan lagi suku bunganya untuk menolong pasar saham di negeri "Paman Sam" itu dari tekanan berat krisis finansial akibat kehancuran pasar surat utang berbasis kredit perumahan subprime mortgage, suku bunga di Indonesia pun bisa diturunkan lagi. Langkah itu untuk mempersempit suku bunga di AS dan Indonesia agar biaya moneter bank sentral dikurangi.

Faktor suku bunga

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun melempar sinyal bahwa inflasi yang dicanangkan pemerintah masih bisa berada dalam rentang targetnya, yakni enam persen plus-minus satu persen. Jika demikian, suku bunga benar-benar bisa turun lagi.

Apa kaitannya? Jika inflasi terjaga, nilai aset masyarakat tidak akan tergerogoti kenaikan harga. Imbal hasil investasinya pun masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Kalau suku bunga turun, berarti potensi imbal hasil investasi atau penempatan dana pada perbankan menurun. Dalam kondisi seperti itu, investor atau pemilik dana biasanya mengalihkan dananya sebagian ke pasar modal, mencari efek-efek yang berpotensi memberi imbal hasil lebih tinggi dari penempatan dana di perbankan.

Mengalirnya dana itu masuk bursa memburu saham unggulan, seperti yang tercakup dalam Kompas100, berarti potensi kenaikan harganya pun terbuka lebar. Itu perhitungan pasar saja. Jika permintaan meningkat, sementara pasokan barang bagus yang tersedia masih terbatas, jelas harga berpotensi naik.

Namun, sebagaimana karakteristik investasi saham, risiko fluktuasi harga, risiko penurunan kinerja emiten, juga ada. Investasi saham memang bukan semata-mata dipengaruhi faktor fundamental dan teknikal. Naik dan turunnya harga juga dipengaruhi sentimen pasar.

Jika investor hendak merealisasikan potensi keuntungan ivestasinya, saham yang hendak dijual menjadi lebih banyak. Jika barang yang hendak dijual lebih besar ketimbang permintaan beli, biasanya harga tertekan.

Ada potensi keuntungan, ada juga risiko.

KOMPAS - Rabu, 17 Oct 2007 Halaman: 15

1 comment:

Unknown said...

Saya ingin tanya mengenai index kompas 100 karena ini menyangkut skripsi saya. Maksud dari index kompas 100 kuat menghadapi tekanan itu apa ya? Tekanan dalam hal apa? Terima kasih