Sunday, January 6, 2008

Tumbuh 30%...?

Oleh: ANDI SURUJI

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati terus menebar senyum kegembiraan. Ia datang ke Bursa Efek Indonesia, Jumat (28/12) untuk menyaksikan sebuah prestasi yang cukup menggembirakan di akhir hari perdagangan pasar saham. Betapa tidak, harga saham melonjak sangat signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat 52%.

Sementara Indeks KOMPAS100 yang baru diluncurkan 10 Agustus 2007, juga menunjukkan kinerja yang tidak kalah pentingnya dicatat sebagai salah satu benchmark (patokan) untuk investasi di pasar saham, yakni mencapai 26,4% pada posisi 700,6. Bahkan, indeks yang masih seumur jagung itu sempat mencapai rekor tertinngginya pada posisi 722,84 dengan peningkatan secara kumulatif sebesar 28,29% per tanggal 11 Desember 2007.

Benarlah harapan pendiri dan Pemimpin Umum Harian KOMPAS, Jakob Oetama ketika menekan dan membunyikan bel tanda dimulainya perdagangan pada 10 Agustus 2007 sekaligus menandai diluncurkannya Indeks KOMPAS100. ”Semoga KOMPAS tidak mengecewakan Anda,” katanya ketika itu.

Memang KOMPAS100 lahir di tengah badai dahsyat yang menimpa pasar modal global, tak terkecuali pasar saham Jakarta, akibat gejolak pasar keuangan yang dipicu krisis kredit macet di sektor perumahan (mortgage) di Amerika Serikat. Tak heran jika hanya dalam lima hari kelahirannya, indeks KOMPAS100 sempat mencapai titik terendahnya pada posisi 478,52 pada tanggal 16 Agustus 2007. Bahkan IHSG ketika itu terpangkas sampai di bawah level 1.900-an. Tetapi, karena 100 saham emiten yang tergabung dalam indeks ini merupakan saham unggulan (blue chips), maka dalam perjalanannya pun menunjukkan ketangguhannya.

Pesta berlalu
Pesta tutup bursa akhir tahun yang meriah itu pun berlalu. Tatkala hari pertama perdagangan di tahun 2008 dimulai pada 2 Januari, giliran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang ke bursa dengan sebuah optimisme, seolah ingin memompa spirit komunitas pasar modal agar tidak ciut.

”Tahun ini kita harapkan pasar modal tumbuh 30 persen. Target itu bisa dicapai dengan melihat pertumbuhan pasar modal selama ini di angka 52 persen kendati kondisi perekonomian global tahun lalu bergejolak. Pelaku pasar tidak perlu khawatir akan gejolak ekonomi global,” ujar Presiden.

Presiden pun menjanjikan segera mengeluarkan peraturan pemerintah mengenai pemberian insentif bagi perusahaan yang akan melepas sahamnya. Sayatnya, minimal 40% sahamnya dilepas ke publik.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah mengatakan, berbagai indikator makro ekonomi yang membaik tahun 2007 diharapkan akan semakin baik pada tahun ini. Hal ini diharapkan berdampak positif terhadap pasar modal Indonesia. BEI meyakini tahun 2008 sebagai tahun akan memberikan prospek dan kesempatan bagi pasar modal Indonesia untuk berkembang lebih luas.

Ia pun memproyeksikan rata-rata nilai transaksi harian akan mencapai sekitar Rp 3,35 triliun dengan 247 hari bursa. Target emiten baru sebanyak 30 perusahaan dan pencatatan tambahan (righs issue dan saham bonus) sebanyak 37 emiten.

Akan tetapi, baru saja Presiden berpidato memacu semangat pelaku pasar, indikator menunjukkan lain. Indeks harga saham pada hari itu malah turun 0,5%.

Pasar adalah domain privat yang punya ekspektasi sendiri. Pemerintah hanya berkewajiban mengambil kebijakan dan menjaga supaya pasar berjalan tertib, teratur, wajar, dan efisien.

Memang, tidak mustahil angka 30% yang dikemukakan Presiden sebagai harapan dapat saja dicapai. Tetapi perkembangan lain bisa seketika muncul dan mengguncang perekonomian global dan berdampak pula pada perekonomian nasional.

Baru beberapa hari lalu, minyak mentah di pasar internasional telah menembus harga 100 dollar AS per barrel. Padahal kita tahu, harga minyak yang tinggi, apalagi kalau bertahan dan terus naik, tentu akan sangat merepotkan pemerintah. Dibutuhkan kebijakan yang fit dan implementasi yang proper untuk mengatasi dampak persoalan minyak mentah ini.

Itu baru dari sisi minyak mentah saja. Belum lagi kasus krisis mortgage di Amerika Serikat yang sebenarnya belum terlihat ujungnya. Kasus ini kemungkinan besar baru terlihat jelas manakala para pengelola dana (investment banking) dan perbankan global telah mengeluarkan laporan keuangannya masing-masing.

Masih perlu perhitungan cermat, sebelum ikut memancang target pertumbuhan pasar modal 30% tersebut.*

No comments: